Pic: Foto Pribadi at Pantai Gersik Putih-Kalianget |
Semakin lama spasi diantara kita semakin
melebar selaksa. Aku takut, suatu saat tangan ini tak mampu lagi merengkuhmu.
Mungkin,
semakin lama kamu merasa aku mempermainkan hatimu. Membuatmu bimbang mengambil
keputusan untuk bertahan atau melepasku. Yah.. melepasku. Mudah saja bagimu
untuk melakukan itu, tanpa perlu
memeperdulikan aku lagi. Karena sadar ataupun tidak. Hanya ragamu saja yang
masih bertahan disampingku. Sedang hatimu sudah enggan berada disini. Jangan
mengelak sayang, aku mengenal dirimu, bahkan mungkin lebih baik daripada
mengenal diriku sendiri. Tapi toh aku tak begitu peduli, karena bagiku, selama
masih ada kamu disini itu sudah cukup. Perlahan akan kubawa hatimu kembali.
Ku
akui, ini semua mutlak kesalahanku. Sayang, betapa aku ingin semua ini tak
pernah terjadi saja. Aku ingin semua kembali seperti semula. Tanpa ada dia.
Hanya kita saja. Pastilah sangat menyenangkan. Tapi sayang, aku telah terlanjur
menceburkan diriku sedalam-dalamnya. Bisakah kau menolong ragaku untuk kembali.
Yah.. hanya ragaku yang perlu kau selamatkan,
karena hatiku sedikitpun tak pernah berpindah dari hatimu.
Aku
masih menginginkanmu sayang, sama besar seperti dulu. Atau mungkin lebih. Tapi
saat ini, aku rasa kamu sudah tak menginginkanku lagi. Kamu
mulai menjauhiku, mulai mengabaikanku. Harus berapa kali aku bilang padamu
untuk menunggu sayang? Mampukah kamu menyanggupinya lagi?
Kamu
bilang, kamu telah kecewa padaku. Dan kata kecewamu justru membuatku takut
untuk kembali. Sayang, kebahagiaanmu segalanya untukku. Sekalipun masih sangat
besar inginku untuk menjadi bagian dari bahagiamu. Entah kamu menyebutnya apa,
atu mengartikan betapa egoisnya cintaku padamu. Tapi jujur, aku ingin kamu
bahagia.
Aku
ini hanya wanita biasa sayang, yang terkadang seringkali masih ingin kau
manjai. Tapi jika bahumu saja sudah enggan untuk ku sandari, aku bisa apa? Jika
tanganmu saja sudah malas ku genggam, aku bisa apa? Jika pesan singkatku saja
kau balas tak kalah lebih singkatnya, aku bisa apa selain memilih diam? Sayang…
rasa malu-ku ini sungguh lebih besar darimu. Jadi terkadang aku merasa hanya
sebagai pengganggu saja saat menerima semua itu darimu. Aku tak menyalahkanmu
untuk itu sayang, sungguh tidak. Hanya saja, aku harus mulai mawas diri, bahwa
kehadiranku tak lagi diinginkan seperti dulu.
Aku
tak menyalahkanmu sayang, bahkan sekalipun harus kusimpan kegetiran dalam
hatiku saat tau, bahwa kamu masih sempat membalas sms-sms darinya, dan dengan
acuhnya membalas sms-smsku. Andai aku tak lelah menangisi ini, mungkin tak cuma
mataku saja yang basah sayang, tapi hatiku juga berdarah.
Seringkali
aku berfikir, bahwa diriku jauh lebih nista dari sampah. Bukannya aku tak tau
apa yang orang-orang katakan disana tentangku, sayang. Tapi
aku memilih pura-pura menutup telingaku dan membutakan mata. Hatiku Cuma satu sayang, tak yakin
mampu menerima semuanya. Rasa bersalah, Kesepian, Cacian, dan cemburu. Ah..
aku tahu, betapa jahatnya aku padamu sayang. Maafkan aku… Mari kita sudahi saja ini.
Surabaya [Dalam Ingatan]
#Phie
semoga diberi jalan keluar yang baik yah mbak.
BalasHapusapa yg diceritakan mbak hampir sama dengan apa yg kadang saya rasakan.
Huaaa... makasih mbak
HapusUdah lama banget ndak buka blog... ternyata ada yang komen :)
Kisah ini berakhir sesuai ending dr tulisan. Atau malah lebih tragis lagi :v
Tapi sekarang semua sudah baikbaik aja... selalu ada awal yang baru ;)
Semoga mbaknya juga segera menemukan akhir yang baik ya...
terimakasih mbaknya