Sabtu, 27 Juli 2013

Di Situlah Tempatmu

Keputusan yang salah, membalas pesanmu pagi itu. Berapa lama aku membangun benteng pertahanan di hatiku, agar mampu bertahan dengan kesedihan ini? dan kini saat aku mulai punya keberanian menatap dunia lagi, kamu hadir kembali. Dalam sekejap memporak-porandakannya.

Harusnya kuturuti saja saran mereka, mengacuhkan pesanmu, dan menganggapnya tak pernah ada. "Abaikan, dia cuma mau buat kamu goyah. Inget bagaimana susahnya kamu melalui ini sampek sekarang. Aku cuma gak mau liat kamu nangis lagi."
Tapi lihat, siapa yang aku abaikan? Mereka!

Dan saat kamu kembali acuh, aku tahu mereka benar adanya.

Maafkan aku sobat, mungkin benar aku terlalu naif berharap ia akan berubah, nyatanya ia masih seperti rubah. Harus kuakui ada bagian dari diriku yang ingin sekali mengikuti saran kalian. Ketakutan untuk tersakiti lagi bercokol di sana. Tapi di sisi yang lain hatiku merindukannya. Masih terlalu merindunya.

Lantas sekarang dapat kalian lihat, sisi yang mana yang menang atas perdebatan batin itu. Pun setelahnya, kalian tahu hati siapa yang harus menanggung kekalahan yang kesekian kalinya. Hatiku!

Tapi sobat, usah terlalu khawatirkan aku. Terkadang, seseorang butuh terluka untuk tahu betapa kuatnya ia. Begitu juga aku. Sekarang, jikapun harus terluka lagi, aku rasa tak mengapa. Aku telah kebal olehnya.

Dengan demikian, setelah terluka lagi, aku tahu tempat yang cocok baginya memanglah di situ, masa lalu. Bukan di masa depanku.

Cukuplah kalian bagiku. Menyokongku dari belakang, tanpa lelah menguatkanku. Terimakasih atas persahabatan ini.



Pamekasan, 17 Juli 2013
#Phie
[Ditulis untuk para sahabat, yang terkadang merasa sarannya diacuhkan... Ketahuilah, kehadiran kalian tak tergantikan :) ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar