Aku baru paham sekarang. Rupanya
akhir-akhir ini kamu punya hobi baru disamping hobi melukismu. Berkawan dengan
mereka, membuatmu memiliki kebiasaan baru itu. Melukaiku. Menyakitiku
berkali-kali.
Ah, aku tak sedang ingin menyalahkan mereka
karena ini. Mereka hanya kawan-kawanmu. Yang dulunya juga pernah menjadi
kawanku. Bukan salah mereka kiranya, jika pada akhirnya kamu turut bertingkah
menyebalkan seperti mereka. Sebut saja itu salahku. Aku tak mengapa, jika kamu
pun mereka melimpahkan semua kesalahan padaku. Sungguh. Aku terima. Toh aku
bukan manusia setengah dewa yang tak pernah alpa. Aku hanya manusia biasa,
tempat salah dan lupa.
Tak mengapa, jika kasih sayang mereka
padamu justru semakin menjauhkan kita. Aku rela. Siapa pula aku ini? Bukan
sesiapamu lagi, kan? Setidaknya sekarang kamu memilikinya. Dia dan mereka, yang
akan selalu di sisimu. Bukan aku, yang mereka tahu, hanya mampu menyakitimu.
Benar begitu, bukan?
Yah, kucukupkan sebatas itulah mereka
mengenalku. Sebatas keinginan mereka untuk tahu, sebatas prasangka miring
mereka tentangku. Tak perlu lebih. Pun tak ada inginku menjelaskan lebih pada
mereka. Aku telah cukup lelah dengan ini. Bagiku, cukup penjelasanku padamu.
Tapi, jika masih kurang menurutmu. Aku lepas tangan dari itu. Kamu jauh lebih
bijak dariku.
Kalaupun setelah tahu, kamu tetap tak mampu
memahamiku, aku memahamimu. Pabila kamu lebih memilih melukaiku dibanding
berusaha lebih mengertiku, aku mengertimu.
Hanya saja, jangan menjadi lebih buruk dari
ini, agar aku pergi. Melupakanmu adalah bagian tersulit dalam kepingan cerita
ini... Aku tak ingin membencimu hanya untuk melupakanmu, jadi usahlah
menyakitiku terlalu jauh hanya untuk mengusirku. Aku akan menjauh seperti
inginmu.
Karena seperti kataku, aku bahagia untukmu
sekalipun aku bukan lagi bahagiamu.
#Phie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar