Sabtu, 27 Juli 2013

Lelaki [Tak] Biasa

Semalam...



Anda masih di sana dalam jarak yang masih sama rasanya. Namun, dengan begitu jelas saya masih dapat merasakan kepedulian Anda, sekalipun berulang kali Anda mengatakan itu biasa saja. Yah, tak kurang dari puluhan kali anda menyebutnya dalam perbincangan kita semalam. Sayalah yang justru harus bolak-balik menyadarkan diri saya untuk meyakininya. Yah, bahwa ini sekarang tak lebih dari "biasa saja". Sayalah yang harus mati-matian menekan perasaan ini agar tetap di tempatnya, di sana. Sudut paling dasar, agar tak dengan seenaknya menyembul lagi ke permukaan. Setidaknya tidak untuk sekarang ataupun dalam waktu dekat.

 Karena saya yang mengajukan perpisahan dan anda selalu dengan besar hati mengabulkannya, sekalipun saya tahu ini gila bagi anda. Anda tetap mengusahakannya. Seperti ibu peri yang akan senantisa mengajari saya bagaimana menciptakan keajaiban itu sendiri, jika ternyata keajaiban yang saya minta tak dapat diberikan dengan sekali ayunan tongkat ajaibnya. Saya tahu, ini tak mudah bagi anda untuk dapat dengan cepat meloloskannya. Saya tahu, anda pasti bertanya-tanya alasan di balik pengajuan 'ajaib' ini. Bahkan saya paham jika anda menyebut ini sebagai permintaan gila. Yah, saya memahaminya dengan baik. Tapi, seperti biasa, anda akan selalu menjungjung kebahagiaan saya di atas segalanya, jadi anda pun mengabulkannya.

Tidak mudah memang.
Tidak bagi saya, pun bagi anda.
Karenanya, saya sangat mensyukuri karena hingga kini anda masih tetap di sisi saya. Senantiasa menjadi sandaran. Senantiasa bersedia meminjamkan bahu dan telinga saat saya melemah. Terimakasih atas segala bentuk kepedulian yang 'biasa' ini. Terimakasih atas kedewasaan anda menanggapi ketakdewasaan, sifat kekanak-kanakan dan tingkah manja saya, selama ini. Terimakasih Atas kehangatan sikap Anda, sekalipun saya tahu anda justru ingin ini terlihat sebagai suatu kebekuan. Terimakasih karena hingga kini, Anda masih menjadi seperti Anda yang saya kenal dulu.

Saya selalu mensyukuri setiap putaran waktu yang pernah kita singgahi bersama. Takkan pernah sedikitpun menyesalinya. Dan semalam anda kembali membuat saya mensyukurinya. Atas kebijaksanaan anda menyikapi tudingan-tudingan miring itu, yang lagi-lagi anda menyebutnya 'biasa'. Terimakasih untuk pemahamannya.

Baiklah!

Sebaiknya memang seperti ini saja dulu. Kita sibukkan diri kita masing-masing dengan rutinitas yang kita miliki sekarang. Mengejar apa yang kita sebut sebagai cita-cita. Membangun apa yang kita namai sebagai bakti anak, pada mereka. Terlebih, untuk mulai menata ulang apa yang dari kecil kita kenal sebagai IMTAQ, yang kemudian mulai kita sisihkan saat kita beranjak dewasa.

Biarlah untuk sementara ini, kita kesampingkan apa yang kita sebut cinta dan mulai memasrahkannya pada sang Pemilik Cinta. Karena, sungguh kita sama-sama tahu, bahwa hanya Dialah yang memiliki kekuasaan penuh atas segala rasa yang bergejolak dalam dada. Berdoa saja, bahwa kelak hati kita masih dapat dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik dari ini.

 Ah ya satu lagi. Satu saja.
Suatu saat, saya harap anda dapat pula memahami ini semua. Memahami bahwa keputusan gila yang saya ambil ini tak lain untuk kebahagiaan kita, kelak. Saat nafas tak lagi jadi milik kita. Karena, bagi saya... Anda lebih dari BIASA.




Surabaya, 15 Juli 2013
#Phie
[BIG thanx buat yang menginsirasi saya sehingga dapat menulis ini :D. Kusebut kamu, LUAR BIASA!]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar