Genap
dua purnama sudah. Tawamu tak pernah hadir, dan wajahmu tak lagi mampir dalam
mimpi.
Sedang
aku masih saja terbiasa menunggumu. Masih selalu kupendarkan pandang di luar
pintu. Setiap kali fajar menyapa bumi. Setiap kali senja menyelimuti hari. Tak
pernah sekalipun aku berhenti. Mengharap sosokmu kudapati, berlari menghampiri.
Tapi apa yang terjadi? Itu tak pernah ada lagi!
Pagi
telah mengabari, bahwasanya gemintang takkan membinar malam ini. Kamu? Bukan
hanya terlambat pulang, tapi kamu tak akan pernah datang. Pagi ini. Malam ini.
Esok Pagi. Malamnya lagi. Takkan lagi kamu mengunjungi.
Telah
kamu temui cinta yang hakiki, dan kamu memilih pergi, menunaikan janji pada
Illahi Rabbi.
Terakhir
kamu bertamu, meminta ijin undur diri. Kujamu kamu dengan tangis. "Relakan
aku menyambut cinta yang lebih abadi, Dinda. Ikhlasmu, lapangkan jalanku."
Tak sampai nalarku menerka nuranimu, kala itu.
Tapi
kanda, aku akan setia menunggumu. Esok atau lusa aku pasti datang. Kita pasti
kembali dipersatukan dalam keabadian. "Nantikan aku bersama harum
melati.[]
#Phie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar